Pages

 

Selasa, 28 Agustus 2012

Ayo selesaikan puasa sunah syawal, yang mau regenerasi sel otak!

0 komentar

Puasa Meregenerasi Sel Saraf Otak

07 Agustus 2012
Selama berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh otak. Laju percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat para ilmuwan belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam otak.

Otak adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan, mengingat, inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.

Otak terdiri atas 100 miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan. Hubungan antarsel saraf disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps) terjadi melalui impuls listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter sebagai perantara. Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem kerja antarneuron. Jika terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron akan bereaksi abnormal.

Ada dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi (glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric acid (GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk melaksanakan fungsi otak.

Ada banyak faktor yang memengaruhi fungsi otak, antara lain faktor genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Dalam ilmu saraf dikenal istilah plastisitas otak, yakni kapasitas sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan.

Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi.

Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada hubungan sel-sel saraf di otak.

Neurogenesis merupakan proses kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel piramidal dan sel yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrit. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati.

Fungsional kompensasi terjadi pada saat seseorang menua, plastisitas otak akan menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan kinerja lebih rendah. Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dengan yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.

Kondisi saat puasa

Berpuasa pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslim bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebih dari itu, puasa adalah latihan psikis, mental, dan fisik biologis.

Secara psikis, orang yang menjalankan puasa akan memiliki jiwa dan perilaku sehat, menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakikat berpuasa. Dengan demikian, bisa menjadi manusia berakhlak mulia.

Secara biologis, puasa diharapkan bermanfaat bagi kesehatan. Puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari subuh hingga maghrib. Selama puasa, tubuh mengalami proses metabolisme. Makanan dicerna sekitar 8 jam. Rinciannya, 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah menjadi sari makanan di usus kecil, kemudian diabsorpsi oleh pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam sebelum berbuka merupakan waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.

Puasa merupakan aktivitas fisik dan biologis untuk mengatur dan memperbaiki metabolisme tubuh. Puasa mengajarkan dan melatih tubuh berdisiplin untuk makan dan minum secara tidak berlebihan serta mengatur kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Menyehatkan

Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh karena makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yaitu 6-8 jam. Pada fase itu terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah. Selain itu terjadi peningkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. HDL berefek baik bagi kardiovaskular dan LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.

Secara psikologis puasa menimbulkan suasana batin tenang, teduh, dan tidak dipenuhi rasa amarah sehingga menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan adrenalin 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.

Adrenalin menambah pembentukan kolesterol dari LDL. Berbagai hal tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak sehingga timbul gangguan jantung koroner, stroke dan lain-lain.

Penelitian endokrinologi menunjukkan, pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan, seperti amilase, pankrease, dan insulin, dalam jumlah besar sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol serta mengendalikan tekanan darah.

Saat seseorang melaksanakan puasa selama sebulan, plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi jaringan otak akan diperbarui. Dengan demikian, akan terbentuk networking atau rute jaringan baru di dalam otak, yang akan membentuk pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna.

Pada hakikatnya puasa bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu bisa meregenerasi sel-sel saraf otak.



Sumber : kompas.com
Penulis : admin
Read more...

Ayo selesaikan puasa sunah syawal, yang mau regenerasi sel otak!

0 komentar

Puasa Meregenerasi Sel Saraf Otak

07 Agustus 2012
Selama berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf terpesona oleh otak. Laju percepatan penelitian dalam ilmu saraf dan perilaku membuat para ilmuwan belajar lebih banyak dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan dekade sebelumnya untuk mengungkap berbagai misteri di dalam otak.

Otak adalah bagian paling kompleks dari tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi utama sebagai pusat kemampuan berpikir, kecerdasan, mengingat, inovasi, serta pusat penafsiran terhadap fungsi panca indra, inisiator gerakan tubuh, dan pengendali perilaku.

Otak terdiri atas 100 miliar sel saraf (neuron) yang berhubungan. Hubungan antarsel saraf disebut sinaps. Hubungan sel saraf (sinaps) terjadi melalui impuls listrik dan kimiawi dengan neurotransmiter sebagai perantara. Neurotransmiter berperan dalam pengaturan sistem kerja antarneuron. Jika terjadi gangguan pada neurotransmiter, neuron akan bereaksi abnormal.

Ada dua golongan sel saraf, excitatory dengan neurotransmiter kimiawi (glutamat) dan inhibitory dengan neurotransmiter gamma aminobutyric acid (GABA). Kedua jenis sel saraf itu berfungsi seimbang untuk melaksanakan fungsi otak.

Ada banyak faktor yang memengaruhi fungsi otak, antara lain faktor genetik, psikologi/kejiwaan, lingkungan, temperatur, makanan, dan minuman. Dalam ilmu saraf dikenal istilah plastisitas otak, yakni kapasitas sistem saraf untuk mengubah struktur dan fungsinya sebagai reaksi terhadap keragaman lingkungan.

Tiga bentuk utama dari plastisitas otak adalah plastisitas sinaptik, neurogenesis, dan fungsional kompensasi.

Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru. Akan terjadi interaksi dan networking baru pada hubungan sel-sel saraf di otak.

Neurogenesis merupakan proses kelahiran dan proliferasi neuron baru di dalam otak. Sel induk dapat mengalami proliferasi dan berkembang menjadi sel piramidal dan sel yang akan berkembang menjadi sel-sel dewasa yang memiliki akson dan dentrit. Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati.

Fungsional kompensasi terjadi pada saat seseorang menua, plastisitas otak akan menurun. Namun, tidak semua orang tua menunjukkan kinerja lebih rendah. Bahkan, beberapa orang mencapai kinerja lebih baik dibandingkan dengan yang lebih muda. Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.

Kondisi saat puasa

Berpuasa pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslim bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebih dari itu, puasa adalah latihan psikis, mental, dan fisik biologis.

Secara psikis, orang yang menjalankan puasa akan memiliki jiwa dan perilaku sehat, menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakikat berpuasa. Dengan demikian, bisa menjadi manusia berakhlak mulia.

Secara biologis, puasa diharapkan bermanfaat bagi kesehatan. Puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari subuh hingga maghrib. Selama puasa, tubuh mengalami proses metabolisme. Makanan dicerna sekitar 8 jam. Rinciannya, 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah menjadi sari makanan di usus kecil, kemudian diabsorpsi oleh pembuluh darah dan dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam sebelum berbuka merupakan waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat.

Puasa merupakan aktivitas fisik dan biologis untuk mengatur dan memperbaiki metabolisme tubuh. Puasa mengajarkan dan melatih tubuh berdisiplin untuk makan dan minum secara tidak berlebihan serta mengatur kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Menyehatkan

Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh karena makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yaitu 6-8 jam. Pada fase itu terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah. Selain itu terjadi peningkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. HDL berefek baik bagi kardiovaskular dan LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.

Secara psikologis puasa menimbulkan suasana batin tenang, teduh, dan tidak dipenuhi rasa amarah sehingga menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan adrenalin 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, serta menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.

Adrenalin menambah pembentukan kolesterol dari LDL. Berbagai hal tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung, dan otak sehingga timbul gangguan jantung koroner, stroke dan lain-lain.

Penelitian endokrinologi menunjukkan, pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan, seperti amilase, pankrease, dan insulin, dalam jumlah besar sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol serta mengendalikan tekanan darah.

Saat seseorang melaksanakan puasa selama sebulan, plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi jaringan otak akan diperbarui. Dengan demikian, akan terbentuk networking atau rute jaringan baru di dalam otak, yang akan membentuk pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna.

Pada hakikatnya puasa bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu bisa meregenerasi sel-sel saraf otak.



Sumber : kompas.com
Penulis : admin
Read more...

Senin, 09 Juli 2012

Ke Dokter Ahli manapun anda berobat InsyaAllah kami siap Merawat

0 komentar

Read more...

Senin, 05 Maret 2012

EVIDENCE BASE DALAM PERAWATAN LUKA DIABETIK

0 komentar
EVIDENCE BASE DALAM PERAWATAN LUKA DIABETIK
 
Hingga tahun 1960-an, perawatan luka sangat sederhana hanya menutup dan “menyembunyikan”. Tahun 2002 Vincent Falanga memperkenalkan wound bed preparation sebagai manajemen untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan memfasilitasi efektifitas modalitas terapeutik lainnya. 

Wound bed preparation merupakan pendekatan sistematis yang membantu mengidentifikasi dan mengkoreksi lingkungan molekuler untuk menstimulasi penyembuhan. Lebih dari itu, konsep wound bed preparation juga telah menjadi bahasa universal dalam perawatan luka diantara para praktisi dan expertise.

Implementasi konsep wound bed preparation pada luka kaki  diabetik ditekankan pada upaya untuk melakukan debridement secara radikal dan berulang, inspeksi berkala dan kontrol bakteri serta memperhatikan moisture balance untuk mencegah maserasi. Sibbald, et al (2007) merekomendasikan penambahan oksigen balance dalam konsep wound bed preparation dengan pertimbangan bahwa oksigen memiliki peran vital dalam penyembuhan luka, seperti; sumber energi metabolisme, sisntesis kolagen, neovascularisasi, dan efek antimikroba.

1.  Rekomendasi 1: Pengkajian
Pengkajian pasien secara umum sangat penting untuk mengevaluasi dan mengkoreksi penyebab kerusakan jaringan. Pengkajian hendaknya meliputi: A. penyakit sistemik dan pengobatan, B. Nutrisi, dan C. Perfusi jaringan dan oksigenisasi. Evidence Level I.

Prinsip:
Riwayat kesehatan umum termasuk riwayat pengobatan akan membantu mengidentifikasi dan mengkoreksi penyebab sistemik hambatan penyembuhan. Keberadaan penyakit primer atau penyakit sistemik serta pengobatan seperti immunosuppressive dan steroid sistemik akan mempengaruhi penyembuhan luka melalui perubahan fungsi imunitas, metabolisme, inflamasi, nutrisi, dan perfusi jaringan. Penyakit autoimun seperti rematid arthritis, vasculitis yang tidak terkontrol atau pyoderma gangrenosum, semuanya dapat menghambat proses penyembuhan sehingga membutuhkan steroid sistemik atau agen imunosuppresif sebelum penyembuhan lokal luka terjadi. Pasien yang akan menjali operasi juga mengalami hambatan penyembuhan luka seperti perokok.

2.   Rekomendasi 2.
Inisial debridement dibutuhkan untuk melepaskan jaringan necrotic, kelebihan beban bakteri, dan sel-sel mati lainnya pada jaringan. Ada beberapa tekhnik debridement, namun sharp surgical debridement lebih direkomendasikan. Evidence Level I.

Prinsip:
Jaringan nekrotik, kelebihan beban jaringan, sel-sel tua, sel-sel debris dapat menghambat penyembuhan. Metode debridement yang dipilih bergantung pada status luka, kemampuan petugas, kondisi umum pasien, dan lisensi professional.
Read more...

Minggu, 19 Februari 2012

PTT PUSAT UNTUK BIDAN 2012

0 komentar
Read more...

PENDAFTARAN PETUGAS KESEHATAN HAJI 2012 HAS OPENED

0 komentar
Pengumuman Rekrutmen
Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI)
Tahun 2012 M/1433 H
Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) /
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Bid. Kesehatan

Selamat Datang di Sistem Registrasi On-Line Rekrutmen
Petugas Kesehatan Haji Indonesia

  1. Berdasarkan SK Menkes No : HK.03.01/XIV/SK/024/2012 tentang Tim Rekrutmen Calon Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) Tahun 2012, Kementerian Kesehatan membuka rekrutmen Petugas Kesehatan Haji Indonesia Tahun 2012
  2. Rekrutmen PKHI Tahun 2012 Kementerian Kesehatan sama sekali TIDAK DIPUNGUT BIAYA. Kementerian Kesehatan tidak bertanggung jawab atas pungutan oleh Oknum yang mengatasnamakan K ementerian Kesehatan atau Panitia Rekrutmen sehingga peserta diharapkan tidak melayani tawaran untuk mempermudah kelulusan sebagai Petugas
  3. System Rekrutmen PKHI Tahun 2012 berbeda dengan system rekrutmen di tahun - tahun yang lalu. System tahun ini dirancang lebih ketat dan selektif.
  4. Jadwal Registrasi Online dapat diunduh disini
  5. Persyaratan Petugas Kesehatan Haji tahun 2012 dapat diunduh disini
  6. Petunjuk pengisian form registrasi online dapat diunduh disini
  7. Daftar Dokumen yang harus disiapkan pendaftar dapat diunduh disini
  8. Contoh Formulir dapat diunduh disini
  9. Dokumen pendaftar harus dikirimkan melalui PO BOX yang telah ditentukan, Dokumen tanpa cap Pos (PO BOX) dinyatakan tidak valid
  10. Daftar PO BOX rekrutmen Per propinsi dapat diunduh disini
  11. Alokasi Tenaga PPIH 2012 yang tersedia dapat diunduh disini
  12. Ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan peminatan petugas dinyatakan tidak valid
  13. Pendaftar yang melakukan Registrasi lebih dari satu kali dinyatakan tidak valid
  14. Seluruh peserta latih PKHI (TKHI/PPIH) akan dilakukan test psikometri oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada saat pelatihan Kompetensi/Integrasi yang akan menjadi salah satu persyaratan kelulusan sebagai calon Petugas Kesehatan Haji.

Read more...

Senin, 18 April 2011

"PERBAIKI GAYA ASUH ANAK DENGAN METODE IDENTIFIKASI SIDIK JARI KITA (ORANG TUA"

0 komentar
Pdpersi, Jakarta - Sudahkah para ibu memahami gaya asuhnya sendiri? Seberapa jauhkan pola asuh orang tua sesuai kebutuhan perkembangan anak yang optimal? Hal itu penting diketahui, karena ternyata tak sedikit orang tua melakukan pendekatan dan stimulasi yang belum begitu sesuai dengan kondisi anak. Pengasuhan ini penting disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak, mengingat anak merupakan individu unik yang berbeda satu sama lain.

Bagaimana cara mengenali pola asuh kita? Apakah kita disiplin atau justru penurut? Apakah kita cukup detail atau sebenarnya menerapkan sistem hukuman yang berlebihan? Untuk mengenali pola asuh kita, analisis sidik jari (fingerprint analysis) bisa dicoba. Sejumlah penelitian mengungkapkan, jemari Anda turut memengaruhi tumbuh kembang si kecil.

Analisis dimulai dengan menempelkan satu per satu jari ibu/ayah pada fingerprint scanner biometric system atau scanner khusus sidik jari. Titik-titik dan garis dalam gambar tersebut akan diteliti, diidentifikasi, serta diklasifikasi.

Indentifikasi itu akan dipetakan dalam grafik gaya asuh ibu/ayah, dengan dua diagram batang yang terdiri atas dua kutub, yakninaturing-nurturing dan responsive-analytical. Keterangan “lebih responsif” pada setiap diagram menunjukkan cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh buah hati.

“Berdasarkan sidik jarinya, gaya asuh orang tua terbagi atas tipe asuh alamiah (naturing), membimbing (nurturing), responsif (responsive), dan analitis (analytical),” ujar psikolog anak dari Psychobiometric Research Efnie Indranie, MPsi di Jakarta, kemarin.

Wanita yang akrab disapa Pipin itu menerangkan, orang tua yang cenderung memberi kebebasan kepada anak mempunyai gaya asuh alamiah. Mereka lebih mengikuti alur perkembangan buah hati tanpa memberi batasan tertentu secara tegas.

“Misalnya anak mau sekolah musik, orang tuanya selalu menuruti. Kelemahan gaya asuh ini adalah anak cenderung memiliki manajemen batas yang rendah, sehingga sulit untuk me-manage waktu misalnya,” imbuh dia.

Untuk orang tua yang bergaya asuh membimbing, mereka condong memberi batasan-batasan terhadap anak dan memiliki pola pengasuhan tertentu. Jika anak memiliki tipe teratur (organized) maka pola pengasuhan tipe ini bisa diterapkan dengan baik.

Namun, jika si anak berkarakter tidak tetap atau fleksibel, si ibu biasanya lebih sering marah sehingga memicu stres anak. Orang tua yang mengalami kondisi ini dianjurkan untuk menurunkan standar batasannya agar anak tidak merasa tertekan.

“Biasanya, ibu tipe ini memiliki aturan terkait manajemen waktu, misalnya kapan anak harus mandi dan kapan mengerjakan PR. Kalau anak memiliki karakter fleksibel, hal itu bakal menjadi pemicu rasa kesal dan marah,” paparnya.

Tipe asuh responsif lain lagi. Orang tua tipe ini mudah mengambil keputusan yang berhubungan dengan anak. Biasanya, mereka mengikuti tren atau sesuatu yang baru.

“Misalnya lagi tren les aritmatika, anaknya diikutsertakan. Jika anak memang suka matematika, hal ini akan bermanfaat. Namun, tapi jika tidak sesuai dengan potensi atau gaya belajar anak, anak bisa stres,” terang dia.

Sementara itu, orang tua dengan gaya asuh analisis banyak pertimbangan dalam memutuskan segala sesuatu terkait sang anak. Misalnya saat anak mau masuk sekolah, mereka menyurvei dulu beberapa sekolah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sekolah tersebut.

Pipin menuturkan, metode sidik jari dapat dijadikan sebagai praedukasi bagi orang tua. Setelah mengetahui kecenderungan pola asuhnya, orang tua perlu merancang stimulasi untuk anak secara tepat.

Orang tua perlu mengombinasikan gaya asuhnya dengan kebutuhan dan kondisi si anak. “Begitu bermanfaatnya pengetahuan mengenai gaya asuh ini, sehingga sebagian kalangan psikolog menganjurkan para ibu untuk mencoba inovasi analisis sidik jari. Ditambah dengan perancangan stimulasi yang tepat, orang tua maupun anak-anak akan beradaptasi dan si anak dapat berkembang dengan baik,” lanjut dia.

Bagaimana pun hasil analisis sidik jari ibu, lanjutnya, orang tua disarankan untuk menjalin komunikasi secara intensif dengan anak-anaknya. Orang tua juga perlu mengendalikan emosi. “Orang tua perlu share, agar tidak banyak marah-marah. Kendalikanlah emosi terlebih dahulu,” imbuh Pipin.

Pipin menuturkan, selama ini, penelitian optimalisasi tumbuh kembang anak hanya berpatokan pada hasil analisis sidik jari anak. Dari situ, orang tua dapat mengenali gaya belajar, soft skill, kemampuan eksplorasi, dan analisis potensi bakat anak.

“Pengenalan sifat ini bermanfaat untuk mengarahkan anak secara efektif dan efisien,” paparnya. Analisis sidik jari itu merupakan potret atau gambaran asli saat si anak terlahir di dunia. Oleh karena data yang diolah merupakan data biometrik, analisis sidik jari ini bersifat permanen, spesifik, dan klasifikatif.

Secara empiris, sebanyak 75% subjek penelitian mengatakan bahwa hasil analisis sidik jari relevan dengan kondisi anak yang sebenarnya. Sedangkan sisanya menyatakan bahwa hasil analisis sedikit berbeda dengan perilaku anak sehari-hari. Hal ini dikarenakan perilaku anak sudah dipengaruhi lingkungannya.

Oleh sebab itu, Pipin mengingatkan, kita harus menyadari bahwa metode analisis sidik jari berbeda dengan psikotes. Metode ini juga bukan bagian dari ramalan.

Ia menjelaskan, hasil psikotes tergantung pada kondisi kala seseorang menjalani tes. “Hasil analisis sidik jari bisa melengkapi psikotest, namun analisis ini bukan milik psikologi. Akurasi rata-rata metode analisis sidik jari sekitar 87,91%, sedangkan pada psikotes sekitar 65%,” ucap dia.

Dalam pengolahan, tambah dia, validitas analisis sidik jari juga tidak bisa dibandingkan dengan psikometri. Sebab, sumber data yang digunakan keduanya berbeda, di mana fingerprint analysis menggunakan faktor biologis dan psikometri faktor psikologis.

Psikolog anak dari Psychobiometric Research Efnie Indranie, MPsi menambahkan, secara psikologis ibu merupakan figur yang paling intim dengan anak. Tanpa mengesampingkan peran ayah, si ibu memiliki peran besar terhadap tumbuh kembang anak, baik lewat pemberian nutrisi yang sehat maupun stimulasi yang tepat.

“Agar memperoleh hasil yang optimal, pemberian stimulasi kepada anak mesti dilakukan secara tepat. Banyak temuan, ibu sulit menyesuaikan diri atau tidak match dengan anaknya. Kadang mereka kesal sekadar karena anak-anak tidak menuruti kemauannya,” ujar dia.
 
 
Read more...